Dalam
tulisan ini membahas tentang Syiah dan Sunni. tulisan ini merupakan kumpulan
dari berbagai sumber. Sebagai muslim kita diwajibkan untuk belajar, apalagi
kita yang kebanyakan merupakan islam karena keturunan. Dengan belajar maka kita
dapat mengerti dan memahami apa ISLAM itu. Menyadari hal tersebut, maka penulis
yang masih dalam proses belajar dan selalu mencari kebenaran. Jadi salah dan
khilaf mohon dikoreksi.
Islam
pada awalnya hanya ada 1 yaitu pada saat Rasulullah hidup, setelah Rasulullah
wafat islam terpecah menjadi dua yaitu Syiah dan Sunni. Dimana dengan
berjalannya waktu Sunni terpecah menjadi beberapa macam aliran, begitu juga
Syiah terpecah menjadi beberapa Aliran.
Syiah
dan Sunni sama - sama mencintai Ahlul Bait, tapi perbedaan mendasar antara
Syiah dan Sunni adalah dari cara pandang tentang Ahlul Bait :
- Syiah memandang Ahlul Bait hanya terbatas (khusus) pada Ali, Fatimah, Husein dan Hasan beserta keturunan dari mereka (imam syiah), sedangkan Sunni memandang Ahlul Bait adalah keluarga nabi dalam arti umum termasuk para istri nabi.
- Syiah memandang Tinggi Ali, bahkan ada yang mensejajarkan Ali dengan Rasululullah (maka setelah Rasulullah wafat hanya Ali dan keturunannya yang berhak menjadi pemimpin dengan kata lain Syiah tidak mengakui Abu Bakar, Umar dan Usman sebagai Khalifah), sedangkan Sunni tidak membedakan semua Sahabat Nabi, baik itu Abu Bakar, Umar, Usman, Ali maupun sahabat yang lainnya (mengakui Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali sebagai Khalifah).
Tetapi
kenapa Syiah dan Sunni pada saat sekarang susah untuk bersatu? untuk itu perlu
kita ketahui perbedaan antara keduanya :
Selama
ini banyak tokoh yang menggembar-gemborkan bahwa perbedaan antara Sunni
dengan Syiah terletak pada masalah madzhab.
Ini pula yang dimuat oleh Harian Republika, Kamis (09/02/2012)
dalam sebuah tulisan (Iklan terselubung) dengan judul, "MELAWAN POLITIK ADU DOMBA DENGAN
PERSATUAN UMMAT).
Benarkah
Sunni Syiah hanya berbeda masalah madhzab?
Untuk
menjawab hal ini tentu kita perlu menilisik keyakinan kaum Syiah terhadap
beberapa persoalan. Keyakinan mereka inilah yang dipersoalkan oleh jumhur
ulama.
Di
antara keyakinan sentral yang dikritisi oleh para ulama adalah masalah
Imamiyah.
Ulama
Sunni sepakat bahwa masalah Imamah terkait dengan keduniaan. Ia bukan bagian
dari persoalan yang penting dalam urusan hukum Islam, sehingga ia bersifat fardhu kifayah.
Dalam
hal ini Imam Al-Mawardzi berkata; “Apabila
telah pasti kewajiban adanya sebuah imammah, maka hukumnya menjadi fardhu
kifayah, sebagaimana hukum jihad dan menuntut ilmu.” [Abu Al-Hasan
Ali Ibnu Muhammad Habib Al-Mawardi, Ahkamu Al-Sultaniyah wa
Al-Wilayatu Ad-Dhiniyah, Al Firdaus, Beirut, 1989 M, Jild. 1 hal.
4]
Berdasar
hal ini Sunni berpendapat bahwa proses menangani dan membentuk Imamah terletak
kepada umat. Pemilihan seseorang Imam dilakukan oleh dewan pemilihan (ahl al-ikhtiyar/ahlul aqdi wal halli)
dan ditentukan para kandidat pemimpin. Orang-orang yang menjabat dalam dewan
pemilihan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu, pertama, adil yang mencakup
segala aspeknya. Kedua, memiliki
ilmu pengetahuan yang bisa dipergunakan untuk mengetahui siapa yang betul-betul
berhak untuk menjabat sebagai pemimpin sesuai dengan syarat-syarat yang telah
ditentukan. Ketiga, memiliki
pandangan yang luas dan kebijaksanaan agar betul-betul bisa memiliki siapa yang
paling layak untuk menjabat sebagai pemimpin, yang paling memiliki kemampuan
dan pengetahuan untuk mengatur kemaslahatan umat. Karena itulah, pemimpin yang
baik adalah seorang warga negara setempat yang betul-betul mengenal karakter
dan kondisi negaranya.
Sedang
Syiah Itsna Asy’ariyah memahami
istilah Imamah atau yang juga disebut wilayah sebagai bagian dari ushuluddin, atau salah
satu rukun dari rukun agama.
Mereka
meyakini Imamah sebagai ajaran primer dalam teologi dan ideologi, serta
berposisi sebagai doktrin sentral yang mutlak diyakini penganutnya. Karena itu
Imamah di kalangan Syiah sudah menjadi doktrin dan bagian dari rukun iman dan
Islam yang penting.
Dalam
al-Kafi, al-Kulaini
menulis riwayat yang diafiliasikan kepada Abu Ja'far sebagai berikut;
"Islam didasari atas lima perkara yaitu shalat, zakat, haji, jihad dan
wilayah. Tidak ada suatu pun yang diserukan sebagaimana diserukan
wilayah." [Abi Ja’far Muhammad bin Ya’qub bin Ishaq al-Kulaini al-Razi, al-Kafi, Darul Kutub
al-Islamiyyah, Teheran, juz 2 hal. 18]
Imamah
menurut Syiah adalah pengakuan terhadap kepemimpinan Ali bin Thalib dan
keturunannya. Sebagaimana dikutip Muhammad Jawad al-Amili dalam “Miftakhul Karomati fi Syarh Qowaid
Al-A’lamah”, Mu’asasah Nasrul Islam Juz 2 hal.80, mengatakan:
“Iman
menurut kami hanya terwujudkan dengan cara mengakui keimamahan Imam yang dua
belas, kecuali bagi orang yang mati pada zaman salah satu dari mereka maka
tidak disyaratkan beriman kecuali mengetahui Imam pada masanya dan masa
sebelumnya.”
Al-Kulaini
dalam kitabnya juga menyebutkan suatu riwayat, sebagai berikut: “Dari Abi
Ja’far berkata:“…Tuntunlah orang yang sedang sakratul maut bacaan syahadat
(persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah) dan wilayah (pengakuan atas
kepemimpina Ali).” [Al-Kulaini Furu’ al-Kafi, 1/34]
Berdasar
pemahaman ini, Syiah mendudukkan Imamah pada urutan ke tiga dari rukun
iman. Bahkan ajaran ini merupakan bagian paling mendasar yang seakan melebihi
doktrin tauhid. Bangunan teologi mereka seluruhnya diperkuat dengan konsep ini.
Konsekwensi
dari pemahaman ini yaitu amal setiap muslim akan sia-sia jika menolak wilayah
atau Imamah Ahlul Bait. Segala amal perbuatannya tidak akan diterima Allah
meskipun ia bersujud hingga patah tulang lehernya, jika tidak meyakini
keimamamahan Imam Ali dan Ahlul Bait.
Dalam
hal ini Al Kulaini menisbahkan sebuah riwayat dari Imam Ali Bin Thalib yang
berkata:
“Tidak ada kebaikan di dunia kecuali satu dari dua orang,
yaitu seseorang yang selalu bertambah kebaikannya setiap hari dan
seseorang yang menjelang kematiannya bertobat. Dan dimatikan dalam keadaan
bertobat. Demi Allah sekiranya ia sujud hingga patah tulang lehernya, tidak
akan diterima amalnya kecuali mengakui wilayah ahlul bait. [Al-Kulaini, Furu’u Al Kafi, Juz
VIII, hal.128]
Atas
dasar inilah kemudian Syiah tidak segan untuk mengkafirkan kelompok lain yang
tidak mengakui keimamahan Ali dan Imam-imam keturunannya. Al-Majlisi mengutip
perkataan Al-Mufid dalam kitab Al-Masail yang menjelaskan tentang kesepakatan
kaum Syi’ah dalam mengkafirkan umat Islam yang mengingkari Imam :
“Syi’ah
Imamiyyah sepakat bahwa orang yang tidak meyakini keimamahan salah satu dari
para Imam dan mengingkari apa yang telah diwajibkan Allah SWT kepadanya dari
kewajiban taat (kepada para imam), maka dia kafir, sesat dan layak kekal di
neraka.”
Al-Majlisi
menukil kitab “Kanzul karaji”
hal 112, yang berbunyi:
“Siapa
yg mengingkari mereka (Imam 12) atau meragukan mereka, atau mengingkari salah
satu diantara mereka atau meragukan, atau membantu musuh-musuh mereka, atau
salah satu diantara musuh-musuh mereka, maka dia adalah orang yang sesat lagi
celaka, bahkan orang yang kafir.”
Sikap
mereka seperti itu karena keyakinan terhadap Imamah merupakan sesuatu yang
mutlak sehingga barangsiapa yang mengingkarinya berarti kafir dan darahnya
halal untuk dibunuh.
Model
keyakinan seperti ini menjadi sumber epistemologi yang penting dalam bangunan
keyakinan Syiah. Menurut mereka, siapapun yang beriman kepada Allah namun tidak
beriman terhadap kepemimpinan Sayyidina Ali setelah Nabi SAW dan para Imam
keturunan beliau, maka hukumnya sama dengan musyrik.
Ini
karena menurut mereka, Allah yang menetapkan dan memilih para Imam, sehingga
iman kepada para Imam adalah sebuah keharusan. Karena itu barangsiapa yang
tidak mengakui Imamah maka matinya dalam kondisi jahiliyah. Dalam hal ini
al-Kulaini dalam kitab Al-Kafi mengatakan:
“Barang
siapa mati tidak mengetahui imam zamannya maka matinya mati jahiliyah.” [Al
Kulaini, Al Kafi Juz I hal. 377]
Doktrin
ini oleh al-Kulaini diakui berada di atas nubuwwah yang disebut sebagai
"perjanjian yang mereka tetapkan dengan para Nabi", sebagaimana yang
diriwayatkan oleh penulis kitab Al Basha'ir.
“Kami
mendengar dari Al Hasan bin 'Ali bin An-Nu'man, ia mendengar dari Yahya bin Abu
Zakariya bin 'Amr Az Zayyat yang mengatakan: "Aku mendengar dari ayahku
dan ia mendengar dari Muhammad bin Sama'ah yang mendengar dari Faidh bin Abi
Syaibah, berasal dari Muhammad bin Muslim yang mengatakan, bahwasanya ia mendengar
Abu Ja'far berkata: Allah tabaraka wata'ala telah menetapkan perjanjian dengan
para Nabi mengenai wilayah (keimaman)'Ali dan telah pula mengambil janji dari
para Nabi tentang wilayah (keimaman) Ali itu." [Muhammad Abu Ja’far Ibnu
Hasan Ibnu Faruh As-Shofar Al-Qumi, Basha'irud Darajat, Mansurat Maktabah
Ayatullah Al-Udmah Al-Murasinajafi, cet. Iran Lama, 1928 H Bab IX, Jld
II, hal. 73].
Demikian
juga para Malaikat menurut Syiah juga telah mengambil janji atas wilayah.
Penulis Al Basha'ir mengemukakan sebagai berikut:
“Kami
mendengar dari Ahmad bin Muhammad yang mendengar dari Al Hasan bin 'Ali bin
Fadhdhal, ia mendengar dari Muhammad bin Fudhail yagn mendengar dari Abush
Shabah Al Kinaniy, bahwasanya Abu Ja'far berkata: "Demi Allah, di langit
terdapat tujuh puluh jenis malaikat. Seandainya semua penduduk bumi berkumpul
kemudian menghitung jumlah malaikat dari masing-masing jenis, mereka tidak akan
dapat menghitungnya. Semua malaikat itu mempercayai wilayah (keimaman) kami.”
Apa perbedaan antara
Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah
Itsna Asyariyah ?
Banyak orang yang
menyangka bahwa perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah
Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) dianggap sekedar dalam masalah khilafiyah
Furu’iyah, seperti perbedaan antara NU dengan Muhammadiyah, antara Madzhab
Safi’i dengan Madzhab Maliki.
Karenanya dengan adanya
ribut-ribut masalah Sunni dengan Syiah, mereka berpendapat agar perbedaan
pendapat tersebut tidak perlu dibesar-besarkan. Selanjutnya mereka berharap,
apabila antara NU dengan Muhammadiyah sekarang bisa diadakan pendekatan-pendekatan
demi Ukhuwah Islamiyah, lalu mengapa antara Syiah dan Sunni tidak dilakukan ?.
Oleh karena itu, disaat
Muslimin bangun melawan serangan Syiah, mereka menjadi penonton dan tidak ikut
berkiprah.
Apa yang mereka harapkan
tersebut, tidak lain dikarenakan minimnya pengetahuan mereka mengenai aqidah
Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Sehingga apa yang mereka sampaikan
hanya terbatas pada apa yang mereka ketahui.
Semua itu dikarenakan
kurangnya informasi pada mereka, akan hakikat ajaran Syiah Imamiyah Itsna
Asyariyah (Ja’fariyah). Disamping kebiasaan berkomentar, sebelum memahami
persoalan yang sebenarnya.
Sedangkan apa yang
mereka kuasai, hanya bersumber dari tokoh-tokoh Syiah yang sering berkata bahwa
perbedaan Sunni dengan Syiah seperti perbedaan antara Madzhab Maliki dengan
Madzahab Syafi’i.
Padahal perbedaan antara
Madzhab Maliki dengan Madzhab Syafi’i, hanya dalam masalah Furu’iyah saja.
Sedang perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna
Asyariyah (Ja’fariyah), maka perbedaan-perbedaannya disamping dalam Furuu’ juga
dalam Ushuul.
Rukun Iman mereka
berbeda dengan rukun Iman kita, rukun Islamnya juga berbeda, begitu pula
kitab-kitab hadistnya juga berbeda, bahkan sesuai pengakuan sebagian besar
ulama-ulama Syiah, bahwa Al-Qur'an mereka juga berbeda dengan Al-Qur'an kita
(Ahlussunnah).
Apabila ada dari ulama
mereka yang pura-pura (taqiyah) mengatakan bahwa Al-Qur'annya sama, maka dalam
menafsirkan ayat-ayatnya sangat berbeda dan berlainan.
Sehingga tepatlah
apabila ulama-ulama Ahlussunnah Waljamaah mengatakan : Bahwa Syiah
Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) adalah satu agama tersendiri.
Melihat pentingnya
persoalan tersebut, maka di bawah ini kami nukilkan sebagian dari perbedaan
antara aqidah Ahlussunnah Waljamaah dengan aqidah Syiah Imamiyah Itsna
Asyariyah (Ja’fariyah).
1.
Ahlussunnah
: Rukun
Islam kita ada 5 (lima)
a)
Syahadatain
b)
As-Sholah
c)
As-Shoum
d)
Az-Zakah
e)
Al-Haj
Syiah
: Rukun
Islam Syiah juga ada 5 (lima) tapi berbeda:
a)
As-Sholah
b)
As-Shoum
c)
Az-Zakah
d)
Al-Haj
e)
Al wilayah
2.
Ahlussunnah
: Rukun Iman ada 6 (enam) :
a)
Iman kepada
Allah
b)
Iman kepada
Malaikat-malaikat Nya
c)
Iman kepada
Kitab-kitab Nya
d)
Iman kepada
Rasul Nya
e)
Iman kepada
Yaumil Akhir / hari kiamat
f)
Iman kepada
Qadar, baik-buruknya dari Allah.
Syiah
: Rukun
Iman Syiah ada 5 (lima)*
a)
At-Tauhid
b)
An Nubuwwah
c)
Al Imamah
d)
Al Adlu
e)
Al Ma’ad
3.
Ahlussunnah
: Dua kalimat syahadat
Syiah
: Tiga
kalimat syahadat, disamping Asyhadu an Laailaha illallah, wa asyhadu anna
Muhammadan Rasulullah, masih ditambah dengan menyebut dua belas imam-imam
mereka.
4.
Ahlussunnah
: Percaya
kepada imam-imam tidak termasuk rukun iman. Adapun jumlah imam-imam Ahlussunnah
tidak terbatas. Selalu timbul imam-imam, sampai hari kiamat.
Karenanya membatasi
imam-imam hanya dua belas (12) atau jumlah tertentu, tidak dibenarkan.
Syiah
: Percaya
kepada dua belas imam-imam mereka, termasuk rukun iman. Karenanya orang-orang
yang tidak beriman kepada dua belas imam-imam mereka (seperti orang-orang
Sunni), maka menurut ajaran Syiah dianggap kafir dan akan masuk neraka.
5.
Ahlussunnah
: Khulafaurrosyidin
yang diakui (sah) adalah :
a)
Abu Bakar
b)
Umar
c)
Utsman
d)
Ali
Radhiallahu anhum
Syiah
:
Ketiga Khalifah (Abu Bakar, Umar, Utsman) tidak diakui oleh Syiah. Karena
dianggap telah merampas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib
6.
Ahlussunnah
: Khalifah
(Imam) adalah manusia biasa, yang tidak mempunyai sifat Ma’shum.
Berarti mereka dapat
berbuat salah/ dosa/ lupa. Karena sifat Ma’shum, hanya dimiliki oleh para Nabi.
Syiah
: Para
imam yang jumlahnya dua belas tersebut mempunyai sifat Ma'’shum, seperti para
Nabi.
7.
Ahlussunnah
: Dilarang
mencaci-maki para sahabat.
Syiah
:
Mencaci-maki para sahabat tidak apa-apa bahkan Syiah berkeyakinan, bahwa para
sahabat setelah Rasulullah SAW wafat, mereka menjadi murtad dan tinggal
beberapa orang saja. Alasannya karena para sahabat membai'at Sayyidina
Abu Bakar sebagai Khalifah.
8.
Ahlussunnah
: Siti
Aisyah istri Rasulullah sangat dihormati dan dicintai. Beliau adalah Ummul
Mu’minin.
Syiah
: Siti
Aisyah dicaci-maki, difitnah, bahkan dikafirkan.
9.
Ahlussunnah
: Kitab-kitab
hadits yang dipakai sandaran dan rujukan Ahlussunnah adalah Kutubussittah :
a)
Bukhari
b)
Muslim
c)
Abu Daud
d)
Turmudzi
e)
Ibnu Majah
f)
An Nasa’i
Syiah
:
Kitab-kitab Syiah ada empat :
a)
Al Kaafi
b)
Al
Istibshor
c)
Man Laa Yah
Dhuruhu Al Faqih
d)
Att
Tahdziib
10. Ahlussunnah
: Al-Qur'an
tetap orisinil
Syiah
:
Al-Qur'an yang ada sekarang ini menurut pengakuan ulama Syiah tidak orisinil.
Sudah dirubah oleh para sahabat
11. Ahlussunnah
: Surga
diperuntukkan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul Nya.
Neraka diperuntukkan
bagi orang-orang yang tidak taat kepada Allah dan Rasul Nya.
Syiah
: Surga
diperuntukkan bagi orang-orang yang cinta kepada Imam Ali, walaupun orang
tersebut tidak taat kepada Rasulullah.
Neraka diperuntukkan
bagi orang-orang yang memusuhi Imam Ali, walaupun orang tersebut taat kepada
Rasulullah.
12. Ahlussunnah
: Aqidah
Raj’Ah tidak ada dalam ajaran Ahlussunnah. Raj’ah adalah besok diakhir zaman
sebelum kiamat, manusia akan hidup kembali. Dimana saat itu Ahlul Bait akan
balas dendam kepada musuh-musuhnya.
Syiah
: Raj’ah
adalah salah satu aqidah Syiah. Dimana diceritakan : bahwa nanti diakhir zaman,
Imam Mahdi akan keluar dari persembunyiannya. Kemudian dia pergi ke Madinah
untuk membangunkan Rasulullah, Imam Ali, Siti Fatimah serta Ahlul Bait yang
lain.
Setelah mereka semuanya
bai'at kepadanya, diapun selanjutnya membangunkan Abu Bakar, Umar, Aisyah.
Kemudian ketiga orang tersebut disiksa dan disalib, sampai mati seterusnya
diulang-ulang sampai ribuan kali. Sebagai balasan atas perbuatan jahat
mereka kepada Ahlul Bait.
Keterangan
: Orang
Syiah mempunyai Imam Mahdi sendiri. Berlainan dengan Imam Mahdinya Ahlussunnah,
yang akan membawa keadilan dan kedamaian.
13. Ahlussunnah
: Mut’ah
(kawin kontrak), sama dengan perbuatan zina dan hukumnya haram.
Syiah
: Mut’ah
sangat dianjurkan dan hukumnya halal. Halalnya Mut’ah ini dipakai oleh golongan
Syiah untuk mempengaruhi para pemuda agar masuk Syiah. Padahal haramnya Mut’ah
juga berlaku di zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib.
14. Ahlussunnah
: Khamer/
arak tidak suci.
Syiah
: Khamer/
arak suci.
15. Ahlussunnah
: Air
yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap tidak suci.
Syiah
: Air
yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap suci dan mensucikan.
16. Ahlussunnah
: Diwaktu
shalat meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri hukumnya sunnah.
Syiah
: Diwaktu
shalat meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri membatalkan shalat.
17. Ahlussunnah
: Mengucapkan
Amin diakhir surat Al-Fatihah dalam shalat adalah sunnah.
Syiah
: Mengucapkan
Amin diakhir surat Al-Fatihah dalam shalat dianggap tidak sah/ batal shalatnya.
18. Ahlussunnah
: Shalat
jama’ diperbolehkan bagi orang yang bepergian dan bagi orang yang mempunyai
udzur syar’i.
Syiah
:
Shalat jama’ diperbolehkan walaupun tanpa alasan apapun.
19. Ahlussunnah
: Shalat
Dhuha disunnahkan.
Syiah
:
Shalat Dhuha tidak dibenarkan.
Antara Sunni dan Syiah pada saat terjadi Perang Siffin, mungkin hanya berbeda pendapat tentang penerus Nabi
(permasalahan politik) tetapi dengan berjalannya waktu Dalam perkembangannya, selain
memperjuangkan hak kekhalifahan ahl al-bait di hadapan Dinasti Ammawiyah dan
Abbasiyah, Syi’ah juga mengembangkan doktrin-doktrinnya sendiri. Berkaitan
dengan teologi, mereka mempunyai lima rukun iman, yakni tauhid (kepercayaan
kepada keesaan Allah); nibuwwah (kepercayaan kepada kenabian); ma’ad
(kepercayaan akan adanya hidup di akhirat); imamah (kepercayaan terhadap adanya
imamah yang merupakan hak ahl al-bait); dan adl (keadilah Ilahi). Dalam
Ensiklopedia Islam Indonesia ditulis bahwa perbedaan antara Sunni dan Syi’ah
terletak pada doktrin imamah. Meskipun mempunyai landasa keimanan yang sama,
Syi’ah tidak dapat mempertahankan kesatuannya. Dalam perjalanan sejarah,
kelompok ini akhirnya terpecah menjadi beberapa sekte. Perpecahan ini terutama
dipicu oleh masalah doktrin imamah. Diantara sekte-sekte Syi’ah itu adalah
Itsna Asyi’ariyah, Sab’iyah, Zaidiyah, dan Ghullat.
Sumber : Dr.
Abdul Rozak, M.Ag., dan Dr. Rosihon, M.Ag, “Ilmu Kalam”. Pustaka Setia.
Bandung : 2001.
- Apabila perbedaan Syiah dan Sunni hanya terjadi pada masalah politik (penerus Nabi) kenapa pada saat sekarang Syiah dan Sunni susah untuk bersatu SEPERTI AIR DAN MINYAK?
- Apabila perbedaan terdapat pada mazhab, dan bukan pada segi yang lebih penting (ex: aqidah) bukan hanya masalah perbedaan fiqih kenapa pada saat sekarang Syiah dan Sunni susah untuk bersatu SEPERTI AIR DAN MINYAK?
ijin share
BalasHapusМакты ков Ихрныс ай а стай изипесь И блидовине на рабли
BalasHapusИхрныс ай а titanium wood stoves стай изипесь И блидовине на titanium legs раблидовине на зипесь И блидовине titanium mountain bikes на раблидовине на titanium ingot раблидовине titanium jewelry piercing на раб
The King Casino - Ventureberg
BalasHapusThe King Casino is owned by https://jancasino.com/review/merit-casino/ British febcasino casino operator Crown Resorts and operated filmfileeurope.com by Crown Resorts. It is 토토사이트 owned ventureberg.com/ by British ADDRESS: CASTLE