Senin, 03 Februari 2014

TASAWUF / SUFIISME








1.     Definisi Tasawuf / Sufi
Istilah "tasawuf"(sufism), yang telah sangat populer digunakan selama berabad-abad, dan sering dengan bermacam-macam arti, berasal dari tiga huruf Arab, sha, wau dan fa. Banyak pendapat tentang alasan atas asalnya dari sha wa fa. Ada yang berpendapat, kata itu berasal dari shafa yang berarti kesucian. Menurut pendapat lain kata itu berasal dari kata kerja bahasa Arab safwe yang berarti orang-orang yang terpilih. Makna ini sering dikutip dalam literatur sufi. Sebagian berpendapat bahwa kata itu berasal dari kata shafwe yang berarti baris atau deret, yang menunjukkan kaum Muslim awal yang berdiri di baris pertama dalam salat atau dalam perang suci. Sebagian lainnya lagi berpendapat bahwa kata itu berasal dari shuffa, ini serambi rendah terbuat dari tanah liat dan sedikit nyembul di atas tanah di luar Mesjid Nabi di Madinah, tempat orang-orang miskin berhati baik yang mengikuti beliau sering duduk-duduk. Ada pula yang menganggap bahwa kata tasawuf berasal dari shuf yang berarti bulu domba, yang me- nunjukkan bahwa orang-orang yang tertarik pada pengetahuan batin kurang mempedulikan penampilan lahiriahnya dan sering memakai jubah sederhana yang terbuat dari bulu domba sepanjang tahun.
Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa Arab: تصوف , ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun zhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam







2.     Kontradiksi Tentang Tasawuf / Sufi
Pada awalnya tasawuf muncul ketika pertikaian antar umat Islam di zaman Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, khususnya karena faktor politik. Pertikaian antar umat Islam karena karena faktor politik dan perebutan kekuasaan ini terus berlangsung dimasa khalifah-khalifah sesudah Utsman dan Ali. Munculah masyarakat yang bereaksi terhadap hal ini. Mereka menganggap bahwa politik dan kekuasaan merupakan wilayah yang kotor dan busuk. Mereka melakukan gerakan ‘uzlah , yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah duniawi yang seringkali menipu dan menjerumuskan. Jadi sebenarnya maksud awal dari tasawuf adalah menghindari diri dari masalah politik dan kekuasaan.
Namun dalam perkembangannya kebanyakan sufiisme menjauhi segala hal-hal duniawi dan lebih fokus terhadap akhirat. Bahkan dalam perkembangannya terkadang terdapat pemikiran oleh ahli tasawuf/sufi tersebut yang boleh dikatakan aneh oleh orang yang awam dalam agama, seperti yang pernah penulis baca buku-buku ahli sufi yaitu :
1.      Tidak menikah, dalam hal ini bukan karena tidak ketemu jodoh (masalah jodoh adalah rahasia Allah) tetapi dalam buku tersebut diceritakan bahwa ahli sufi tersebut pernah dilamar oleh ulama pada zamannya tetapi dalam tersebut ditolak secara halus dengan mengajukan persyaratan harus bisa menjawab pertanyaan dimana jawabannya tidak mungkin bisa dijawab oleh manusia (jawaban tersebut merupakan rahasia dan hak Allah semata).
Di sini terbesit tanda Tanya :
-          Bukankah Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an :
 “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukminah apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sesungguhnya dia telah berbuat kesesatan yang nyata.” [QS. Al Ahzaab (33):36]

-          Bukankah Rasulullah pernah bersabda :
Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam setelah memuji Allah dan menyanjung-Nya bersabda: "Tetapi aku sholat, tidur, berpuasa, berbuka, dan mengawini perempuan. Barangsiapa membenci sunnahku, ia tidak termasuk ummatku." (Muttafaq Alaihi)


2.      Tidak mau (berani) meminta doa yang banyak kepada Allah,  dikatakan bahwa ahli sufi tersebut mempunyai pemikiran bahwa Allah telah banyak menganugrahkan karunia kepadanya sehingga merasa malu untuk meminta lagi kepada Yang Maha Memberi.
Di sisi terbesit tanda Tanya :
-          Bukankah doa merupakan bagian dari ibadah, sebagaimana hadist berikut :
Doa itu adalah lbadah. (Abû Dâud dan Al-Turmudzî)

Dan hadist berikut :
“Barangsiapa dibukakan pintu doa untuknya, berarti telah dibukakan pula untuknya segala pintu rahmat. Dan tidak dimohonkan kepaia Allah, yang lebih disukai-Nya selain daripada dimohonkan ‘afiyah. Doa itu memberi manfaat terhadap yang telah diturunkan dan yang belum diturunkan. Dan tak ada yang dapat menangkis ketetapan Tuhan, kecuali Doa. Sebab itu berdoa kamu sekalian.”
(HR. Al-Turmudzî).

3.     Dibukakan tabir oleh Allah, sehingga ahli sufi dapat mengetahui hal-hal gaib, melakukan sesuatu yang diluar nalar manusia yang biasa disebut dengan karamah. Bahkan apabila telah tingkatan ma’rifat segala doa terkabul. (dalam hal ini jadi teringat kasus Eyang – Eyangan yang baru saja heboh. hehehe)
Memang saya juga salah satu yang percaya pada karomah (kelebihan yang diberikan kepada seseorang oleh Allah), tetapi  saya selalu berpatok kepada Rasulullah dan para sahabatnya. Apabila yang disebut karomah tersebut seperti mengetahui hal-hal gaib, dapat menahan atau memindahkan penyakit, dapat membuat orang cepat kaya dan lain-lain (sedangkan Rasulullah dan sahabat tidak pernah melakukan hal tersebut) maka saya tidak percaya 100% karena merupakan rahsia Allah. Kalaupun ada yang bisa melakukan saya berkeyakinan itu merupakan perbuatan yang dibantu oleh Jin (walau bagaimana pun tidak mungkin terjadi jika bukan karena kehendak Allah) buat menyesatkan manusia. Perkara seperti ini sama dengan Ilmu-Ilmu yang menggunakan sejenis rapalan / serapah yang kadang diselipi dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang banyak terdapat di daerah kami.

Dan banyak lagi hal-hal lain yang terlalu panjang untuk dimuat disini. Kadang setelah saya membaca buku-buku tentang sufi terkesan bahwa orang sufi sangat hebat, tetapi saya ingat bahwa generasi islam terhebat adalah pada Zaman Rasulullah, sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.

hal-hal tersebut di atas, menimbulkan kontradiski karena sebagian orang beranggapan bahwa ahli sufi tersebut tidak sesat dan mereka merupakan orang yang diberi anugrah oleh Allah sehingga berbeda tingkatannya dengan kita. Sebagian yang lain mengatakan bahwa ahli sufi /sufiisme merupakan hal yang sesat.

 
 
1.     Kesimpulan
1.      Dari yang saya pahami sufi berbeda dengan sufiisme, sufi (orang yang menjauhi hal dunia seperti politik dan kekuasaan) sedangkan sufiisme (orang yang menjauhi segala hal dunia, mempunyai tingkat syariat, hakikat, tarekat, dan ma’rifat)
2.      Bukankah Rasulullah pernah bersabda : Kejarlah dunia seakan kau akan hidup selamanya dan Kejarlah akhirat seakan kau akan mati besok. (jadi dalam mencari kebahagiaan akhirat, kita juga dianjurkan untuk mencari kebahagiaan dunia. Dengan kata lain dalam mengejar kebahagiaan dunia juga mengacu kepada kebahagiaan akhirat sebagaimana yang diperintahkan dan tidak melanggar larangan Allah)
3.      Pemikiran Sufiisme kadang tidak masuk diakal pada pandangan orang awam, bahkan bisa dikatakan agak melenceng dari yang diajarkan oleh agama islam.
4.      Bukankah kita dilarang untuk bersikap Ghuluw (melampaui batas/berlebihan) dalam agama ini. Dengan demikian kita harus selalu berpegang kepada Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah sehingga dapat terhindar dari Ghuluw dan Bid’ah dalam ibadah.

 Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah dan selalu mendapat Rahmat serta Hidayah Allah sehingga sentiasa terjaga dan ditingkatkan keimanan di dalam hati kita dan diwafatkan dalam Khusnulhotimah.. Aaamiin.



1 komentar:

  1. 3 ilmu yg umat islam perlu belajar iaitu iman(tauhid), Islam (fiqah), dan ihsan(Tasawuf). Tauhid dan tasawuf berkaitan dalaman kita hati dan kepercayaan, fiqah perbuatan luaran kita, ibadah kita. Iman tak kan sempurna sekiranya hati kita kotor. Tauhid perlu belajar sekali dengan tasawuf

    BalasHapus