1. Definisi Tasawuf / Sufi
Istilah "tasawuf"(sufism), yang
telah sangat populer digunakan selama berabad-abad, dan sering dengan
bermacam-macam arti, berasal dari tiga huruf Arab, sha, wau
dan fa. Banyak pendapat tentang alasan
atas asalnya dari sha wa fa. Ada yang berpendapat,
kata itu berasal dari shafa yang
berarti kesucian. Menurut pendapat lain kata itu berasal dari kata kerja bahasa
Arab safwe yang berarti orang-orang yang
terpilih. Makna ini sering dikutip dalam literatur sufi. Sebagian berpendapat
bahwa kata itu berasal dari kata shafwe yang berarti baris atau deret, yang
menunjukkan kaum Muslim awal yang berdiri di baris pertama dalam salat atau
dalam perang suci. Sebagian lainnya lagi berpendapat bahwa kata itu berasal
dari shuffa, ini serambi rendah terbuat
dari tanah liat dan sedikit nyembul di atas tanah di luar Mesjid Nabi di
Madinah, tempat orang-orang miskin berhati baik yang mengikuti beliau sering
duduk-duduk. Ada pula yang menganggap bahwa kata tasawuf berasal dari shuf yang
berarti bulu domba, yang me- nunjukkan bahwa orang-orang yang tertarik pada
pengetahuan batin kurang mempedulikan penampilan lahiriahnya dan sering memakai
jubah sederhana yang terbuat dari bulu domba sepanjang tahun.
Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme
(bahasa Arab:
تصوف , ) adalah
ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq,
membangun zhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada
awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam
perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam.
2. Kontradiksi Tentang Tasawuf / Sufi
Pada awalnya tasawuf muncul
ketika pertikaian antar umat Islam di zaman Khalifah Utsman bin
Affan dan Ali bin Abi Thalib, khususnya karena faktor politik.
Pertikaian antar umat Islam karena karena faktor politik dan perebutan
kekuasaan ini terus berlangsung dimasa khalifah-khalifah sesudah Utsman dan
Ali. Munculah masyarakat yang bereaksi terhadap hal ini. Mereka menganggap
bahwa politik dan kekuasaan merupakan wilayah yang kotor dan busuk. Mereka
melakukan gerakan ‘uzlah , yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah duniawi
yang seringkali menipu dan menjerumuskan. Jadi sebenarnya maksud awal dari
tasawuf adalah menghindari diri dari masalah politik dan kekuasaan.
Namun dalam perkembangannya kebanyakan sufiisme menjauhi segala hal-hal
duniawi dan lebih fokus terhadap akhirat. Bahkan dalam perkembangannya
terkadang terdapat pemikiran oleh ahli tasawuf/sufi tersebut yang boleh
dikatakan aneh oleh orang yang awam dalam agama, seperti yang pernah penulis
baca buku-buku ahli sufi yaitu :
1.
Tidak
menikah, dalam hal ini bukan karena tidak ketemu
jodoh (masalah jodoh adalah rahasia Allah) tetapi dalam buku tersebut
diceritakan bahwa ahli sufi tersebut pernah dilamar oleh ulama pada zamannya tetapi
dalam tersebut ditolak secara halus dengan mengajukan persyaratan harus bisa menjawab
pertanyaan dimana jawabannya tidak mungkin bisa dijawab oleh manusia (jawaban
tersebut merupakan rahasia dan hak Allah semata).
Di sini terbesit tanda Tanya :
-
Bukankah Allah telah menegaskan
dalam Al-Qur’an :
“Dan tidaklah patut
bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukminah apabila
Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka
pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan
RasulNya maka sesungguhnya dia telah berbuat kesesatan yang nyata.” [QS. Al Ahzaab (33):36]
-
Bukankah Rasulullah pernah
bersabda :
Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Sallam setelah memuji Allah dan menyanjung-Nya bersabda:
"Tetapi aku sholat, tidur, berpuasa, berbuka, dan mengawini perempuan.
Barangsiapa membenci sunnahku, ia tidak termasuk ummatku." (Muttafaq Alaihi)
2.
Tidak
mau (berani) meminta doa yang banyak kepada Allah,
dikatakan bahwa ahli sufi tersebut
mempunyai pemikiran bahwa Allah telah banyak menganugrahkan karunia kepadanya
sehingga merasa malu untuk meminta lagi kepada Yang Maha Memberi.
Di sisi terbesit tanda Tanya :
-
Bukankah doa merupakan bagian
dari ibadah, sebagaimana hadist berikut :
Doa itu adalah lbadah. (Abû
Dâud dan Al-Turmudzî)
Dan
hadist berikut :
“Barangsiapa dibukakan
pintu doa untuknya, berarti telah dibukakan pula untuknya segala pintu rahmat.
Dan tidak dimohonkan kepaia Allah, yang lebih disukai-Nya selain daripada
dimohonkan ‘afiyah. Doa itu memberi manfaat terhadap yang telah diturunkan dan
yang belum diturunkan. Dan tak ada yang dapat menangkis ketetapan Tuhan,
kecuali Doa. Sebab itu berdoa kamu sekalian.”
(HR.
Al-Turmudzî).
3.
Dibukakan
tabir oleh Allah, sehingga ahli sufi dapat
mengetahui hal-hal gaib, melakukan sesuatu yang diluar nalar manusia yang biasa
disebut dengan karamah. Bahkan apabila telah tingkatan ma’rifat segala doa
terkabul. (dalam hal ini jadi teringat kasus Eyang – Eyangan yang baru saja
heboh. hehehe)
Memang saya juga salah satu yang percaya pada
karomah (kelebihan yang diberikan kepada seseorang oleh Allah), tetapi saya selalu berpatok kepada Rasulullah dan
para sahabatnya. Apabila yang disebut karomah tersebut seperti mengetahui
hal-hal gaib, dapat menahan atau memindahkan penyakit, dapat membuat orang
cepat kaya dan lain-lain (sedangkan Rasulullah dan sahabat tidak pernah
melakukan hal tersebut) maka saya tidak percaya 100% karena merupakan rahsia
Allah. Kalaupun ada yang bisa melakukan saya berkeyakinan itu merupakan
perbuatan yang dibantu oleh Jin (walau bagaimana pun tidak mungkin terjadi jika
bukan karena kehendak Allah) buat menyesatkan manusia. Perkara seperti ini sama
dengan Ilmu-Ilmu yang menggunakan sejenis rapalan / serapah yang kadang
diselipi dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang banyak terdapat di daerah kami.
Dan banyak lagi hal-hal lain yang terlalu
panjang untuk dimuat disini. Kadang setelah saya membaca buku-buku tentang sufi
terkesan bahwa orang sufi sangat hebat, tetapi saya ingat bahwa generasi islam
terhebat adalah pada Zaman Rasulullah, sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.
hal-hal tersebut di atas, menimbulkan
kontradiski karena sebagian orang beranggapan bahwa ahli sufi tersebut tidak
sesat dan mereka merupakan orang yang diberi anugrah oleh Allah sehingga
berbeda tingkatannya dengan kita. Sebagian yang lain mengatakan bahwa ahli sufi
/sufiisme merupakan hal yang sesat.
1. Kesimpulan
1. Dari
yang saya pahami sufi berbeda dengan sufiisme, sufi (orang yang menjauhi hal
dunia seperti politik dan kekuasaan) sedangkan sufiisme (orang yang menjauhi
segala hal dunia, mempunyai tingkat syariat, hakikat, tarekat, dan ma’rifat)
2. Bukankah
Rasulullah pernah bersabda : Kejarlah dunia seakan kau akan hidup selamanya dan
Kejarlah akhirat seakan kau akan mati besok. (jadi dalam mencari kebahagiaan
akhirat, kita juga dianjurkan untuk mencari kebahagiaan dunia. Dengan kata lain
dalam mengejar kebahagiaan dunia juga mengacu kepada kebahagiaan akhirat
sebagaimana yang diperintahkan dan tidak melanggar larangan Allah)
3. Pemikiran
Sufiisme kadang tidak masuk diakal pada pandangan orang awam, bahkan bisa
dikatakan agak melenceng dari yang diajarkan oleh agama islam.
4. Bukankah
kita dilarang untuk bersikap Ghuluw (melampaui
batas/berlebihan) dalam agama ini. Dengan
demikian kita harus selalu berpegang kepada Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah sehingga
dapat terhindar dari Ghuluw dan Bid’ah dalam ibadah.
Semoga kita semua selalu dalam lindungan
Allah dan selalu mendapat Rahmat serta Hidayah Allah sehingga sentiasa terjaga
dan ditingkatkan keimanan di dalam hati kita dan diwafatkan dalam
Khusnulhotimah.. Aaamiin.
3 ilmu yg umat islam perlu belajar iaitu iman(tauhid), Islam (fiqah), dan ihsan(Tasawuf). Tauhid dan tasawuf berkaitan dalaman kita hati dan kepercayaan, fiqah perbuatan luaran kita, ibadah kita. Iman tak kan sempurna sekiranya hati kita kotor. Tauhid perlu belajar sekali dengan tasawuf
BalasHapus